Kado Natal bagi Kaum Miskin

Pesta Makan Siang Natal 2016
Komentar Pastor Ciroi Rodolfo SX tentang Makan Siang Natal Komunitas Sant'Egidio

Berbagi sukacita Natal bisa dilakukan dengan beragam cara, salah satunya melalui "Makan Siang Natal". Kegiatan ini digagas Komunitas Sant'Egidio.

Tradisi "Makan Siang Natal" merupakan gerakan yang dihidupi Komunitas Sant'Egidio setiap Natal. Tradisi ini juga dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta, Kupang, Padang, Pontianak, dan tempat yang lain di mana Komunitas Sant'Egidio ada. Memaknai "Makan Siang Natal" tidak terbatas pada lebarnya diameter piring atau banyaknya bungkus nasi kotak. Kegiatan ini menjadi sarana menyapa hati orang-orang miskin dan terpinggirkan. Hal ini diungkapkan sahabat komunitas Sant'Egidio Romo Rodolfo Ciroi SX. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana awal perkenalan Romo dengan Komunitas Sant'Egidio?

Saya mendampingi sejak komunitas ini hadir di Indonesia. Komunitas Sant'Egidio mulai di Padang. Waktu itu, seorang anggota komunitas ini bernama Valeria datang dari Roma, Italia dan bertemua saya. Ia anggota awal komunitas. Ia mengenal seorang putri di Padang yang kebetulan kerja di Komisi Kateketik Keuskupan Padang bersama saya. Kami saling kontak dan kemudian memulai komunitas ini di Padang.
Dulu saya mendorong supaya komunitas ini bisa berkembang. Ketika saya pindah ke Yogyakarta, di sana belum ada Komunitas Sant'Egidio. Lalu Valeria datang ke sana, saya mendampinginya untuk memperkenalkan dan memulai adanya Komunitas Sant'Egidio.
Sekitar empat tahun lalu, saya pindah ke Jakarta dan tetap mendampingi Komunitas Sant'Egidio. Komunitas ini sudah ada sebelum saya hadir di sini. Komunitas di Jakarta saat ini menjadi semakin kuat dan paling kuat dibandingkan yang lain.

Dalam "Makan Siang Natal", spiritualitas apa yang diusung Komunitas Sant'Egidio?

Salah satu ciri khas Komunitas Sant'Egidio adalah bersaudara dengan kaum miskin tanpa melihat agama atau suku. Natal merupakan perayaan persahabatan bagi kita dalam tradisi Kristiani, jadi mereka mau memperlihatkan bagaimana bersahabat dengan kaum miskin. "Makan Siang Natal" menjadi kesempatan untuk berkumpul bersama, saling mengenal, melayani, menyapa, dan berinteraksi dengan orang-orang yang dilayani. Yang menarik, banyak orang muda mau datang untuk melayani kaum miskin dalam "Makan Siang Natal" ini. Kaum miskin juga menerima hadiah Natal sebelum pulang.

Apa tantangan yang dialami?
Sampai sekarang, "Makan Siang Natal" tidka mendapat tantangan apa-apa. Acara ini bisa dilaksanakan dan sponsornya sangat banyak. Ada yang menyumbang makanan, ada yang menyumbang barang untuk bingkisan Natal.
Komunitas Sant'Egidio menyebarluaskan kegiatan ini. Komunitas Sant'Egidio berhasil memasyarakatkan "Makan Siang Natal" ini. Tahun lalu sudah delapan tempat pelaksanaan "Makan Siang Natal". Tahun ini ada 12 titik, bekerjasama dengan komunitas-komunitas lain. Biasanya "Makan Siang Natal" diadakan di rumah yatim piatu, Seminari Menengah Wacana Bhakti, dan tempat yang lain.

Apa harapan Romo?
Mengenai komunitas ini, saya mengharapkan bisa semakin berkembang. Spiritualitas yang mereka hidupi sangat bagus. Setiap akan melakukan pelayanan, mereka yang tergabung dalam Komunitas Sant'Egidio ini berdoa dan merenungkan Sabda Tuhan. Mereka juga menghidupi semangat kekeluargaan. Jika seseorang datang ke sekretariat mereka di Jakarta, orang yang belum pernah ke sana akan disambut baik seperti keluarga.
Dalam pelayanan Komunitas Sant'Egidio selalu mengusahakan persahabatan. Ini termasuk lewat kegiatan "Makan Siang Natal". Jadi bukan di sana, di Komunitas Sant'Egidio untuk memberi sesuatu, tapi bagaimana komunitas ini mengupayakan persahabatan melalui kedekatan dengan anak jalanan, lanjut usia, para narapidana, dan semua orang yang terpinggirkan. (A. Aditya Mahendra)

Sumber: Majalah Hidup, Edisi 25 Desember 2016