Pidato Oded Wiener (Former General Director of the Chief Rabbinate of Israel)

PANEL 9: Menyelamatkan, Menyambut dan Mengintegrasikan Para Imigran

11 September 2017

Sebelum saya memulai, saya ingin memberikan penghormatan kepada Komunitas Sant’Egidio
Pada pertemuan yang diadakan 31 tahun yang lalu di Assisi, almarhum Paus Yohanes Paulus II membayangkan aktivitas di seluruh dunia selama bertahun-tahun, yang bertujuan untuk memperkuat dialog antaragama, dan pemahaman internasional, untuk meningkatkan perdamaian di dunia, dan mendorong tindakan amal dan kebaikan bagi semua orang miskin dan kebutuhan dunia.
 
Seperti biasa, komunitas Sant'Egidio berdiri di garis terdepan, dan merupakan orang pertama yang menjadi sukarelawan, untuk mengambil peranan penting dan segala hal kemanusiaan di atas dirinya sendiri. Meskipun komunitas Sant'Egidio tidak begitu besar, apa yang menyebabkan keberhasilannya mewujudkan visi Paus, dan dalam menciptakan semangat khusus Assisi adalah kualitas anggotanya, dan pengabdian mereka terhadap konsep dan cita-cita itu.

Saya merasa istimewa dapat berpartisipasi dalam beberapa konferensi yang diselenggarakan oleh Komunitas Sant’Egidio dan tidak ada penolakan mengenai kontribusi yang secara sifnifikan mereka lakukan terhadap kesadaran dan pemahaman di antara agama-agama, melalui dialog yang produktif dan pertemuan secara personal antara para pemimpin berbagai kelompok agama. Konferensi ini sangat penting, dengan keberadaannya, mengungkapkan keinginan bahwa kita semua ingin berbagi dan menggunakan dialog untuk menjadikan dunia yang lebih baik dan adil, untuk kepentingan seluruh umat manusia. Wajar, untuk panel kita hari ini melihat kembali dengan semangat sejarah Assisi.

Mereka yang percaya pada Tuhan dan mendukung terciptanya dialog dan terbuka terhadap pihak lain – menanggapi hal ini secara positif setiap ide-ide, opini atau emosi, tanpa arogansi dan tanpa meragukan yang lain. Mereka selalu menjadi yang pertama dalam persamaan, dengan tangan yang terbuka dan penuh cinta – terhadap orang asing dan pengungsi yang mengetuk pintu-pintu negara mereka, terlepas dari semua kesulitan dan perbedaan yang ada.
Mereka melihat hal ini secara baik dan positif pada setiap orang, bangsa dan kelompok etnis.

Mari kita melihat secara singkat melalui sumber Yahudi dan melihat Bersama pelajaran penting apa yang bisa kita dapatkan dari mereka, terutama dalam pokok pembicaraan yang sedang kita bahas Bersama.
Mishna dan Talmud dalam traktat Sandhedrin mengajarkan kita kebenaran dalam konteks iniL “Manusia diciptakan sebagai individu tunggal untuk mengajarkan kepada kita bahwa siapapun yang menghancurkan satu kehidupan seolah-olah ia telah menghancurkan seluruh dunia, dan siapapun yang telah menyelamatkan satu kehidupan seolah-olah telah menyelamatkan seluruh dunia.” Karena seluruh dunia diciptakan dari Adam, yang adalah satu individu.

“Dan juga demi perdamaian di antara manusia, agar tidak ada orang yang berkata kepada yang lain, ‘Allah-ku lebih besar daripada Allah-mu’ - karena semua orang berasal dari Adam dan Eva.
Gambaran besar tentang asal usul manusia ini sangat penting dengan implikasi kewajiban manusia yang harus berperilaku dengan cara memuliakan citra dan semangat ke-Tuhan-an di dalam dirinya, dan citra dan semangat Tuhan di dalam sesama manusia. Apapun agamanya dan sudut pandangnya, apapun kewarganegaraannya, manusia adalah manusia pertama dan terutama, dan harus memperlakukan sesama manusia secara baik.

Iniliah jalan hidup kita di Israel.
Pada tanggal 14 Mei 1948, pada hari dimana mandat Inggris di Palestina berakhir, Dewan Rakyat Yahudi mengumumkan pendirian Negara Israel.
Pada masa itu, negara kecil itu, dikelilingi oleh musuh dan anggarannya sangat sedikit.

Banyak yang mengira bahwa negara baru tidak dapat bertahan lama. Namun, ini tidak terjadi pada kepemimpinan bangsa Israel. Terlepas dari kemiskinan Israel, rakyatnya penuh dengan visi dan cita-cita. Mereka menciptakan nilai-nilai budaya dari persamaan, kebebasan, kebebasan dalam persaudaraan. Menurut pernyataan mengenai pembentukan negara Israel, yang mana digunakan sebagai kontrak sosial, hokum dan etika sampai hari ini:
Saya mengutip : “Negara Israel akan terbuka untuk imigrasi Yahudi dan untuk mengumpulkan orang-orang buangan: itu akan mendorong perkembangan negara demi keuntungan semua warga negara-nya: itu akan didasarkan pada kebebasan, keadilan dan kedamaian sebagaimana dibayangkan oleh para Nabi Israel: Ini akan memastikan kesetaraan akan hak sosial dan politik secara penuh untuk semua warga negara terlepas dari agama, ras atau jenis kelamin: Negara ini akan menjamin kebebasan beragama, nurani, Bahasa, Pendidikan dan budaya; Negara ini akan melindungi tempat suci semua agama; dan akan setia pada asas=-asas Piagam PBB.”

Dan begitulah adanya. Negara Israel, yang berjumlah sekitar 600.000 penduduk Yahudi pada hari pendiriannya, telah membuka gerbang untuk pengungsi-pengungsi Holocaust yang melarikan diri dari Eropa, serta sejumlah besar Yahudi lainnya yang ditendang keluar dari negara-negara Arab. Dalam waktu 18 bulan, negara ini telah berlipat ganda karena 650.000 penduduk baru yang berhasil diintegrasikan ke dalam masyarakat Israel.


Proses ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah semua bangsa. Bahwa sebuah negara baru, menghadapi banyak ancaman, membuka gerbang bagi imigran miskin dari belasan negara, yang memiliki latar belakang budaya dan adat istiadat yang berbeda! Tapi bagi kami, meski ada banyak kesulitan, tidak ada keraguan. Israel, menjadi contoh bagi bangsa lain, untuk lebih mempercayai dan memiliki kewajiban moral untuk menjadikan rumah bagi semua orang. Bertahun-tahun berlalu, kami mengetahui masa-masa kekurangan dan peperangan, tapi kami tetap setia pada jalan kami.   Pada 1970-an, Israel mulai mengintegrasikan sejumlah besar migran dari bekas Uni Soviet, yang diperkirakan berjumlah lebih dari satu juta orang. Imigran ini adalah warga negara yang setara, yang terintegrasi dengan baik di negara ini meskipun ada perbedaan bahasa dan proses integrasi yang kompleks. Saat ini, "imigran" ini bertugas di posisi publik kelas atas, seperti anggota Knesset, menteri dan bahkan sebagai Ketua Knesset.   Isu integrasi migran adalah warisan inti Israel.

Pada awal 1990-an, Israel telah menginvestasikan sumber daya yang sangat besar dalam integrasi Yahudi di Etiopia.
Dalam usaha yang rumit, lebih dari seratus ribu orang dibawa ke Israel dalam beberapa bulan, kebanyakan dari mereka tinggal di pedesaan dan berpendidikan rendah. Imigran-imigran ini, yang berasal dari lingkungan yang berbeda, telah menemukan Israel sebagai rumah mereka dan menjadikan Israel sebagai tempat perlindungan bagi mereka.
 
Upaya luar biasa yang dilakukan oleh masyarakat Israel, pemerintah dan semua institusinya, telah membuat integrasi migran di Israel menjadi sebuah kisah sukses internasional, menjadi contoh bagi seluruh dunia.
 
Upaya ini, yang terus berlanjut sampai sekarang, juga tercermin dalam integrasi ratusan ribu kehidupan non-Yahudi di negara ini, termasuk 70.000 pengungsi Afrika yang melarikan diri dari perang di negara asalnya - kebanyakan adalah pengungsi Eritrea dan Sudan. Para pengungsi dapat bekerja demi kehidupan mereka, jadi selain fakta bahwa Israel telah menyelamatkan mereka dari kematian, tempat ini menjadi tempat yang aman dan harapan bagi mereka dan keluarga mereka.


Israel, merupakan contoh bagi keadilan dunia, telah mengobati ribuan orang yang tidak berdaya yang terluka akibat pertempuran di Suriah, baik di sebuah rumah sakit lapangan yang didirikan di dekat perbatasan, atau di rumah-rumah sakit di dalam wilayah Israel.   Kami juga telah mengirimkan banyak misi bantuan dan penyelamatan ke daerah-daerah rawan bencana, seperti dalam kasus gempa bumi di Turki dan Nepal, dan dalam tsunami yang mematikan di Haiti pada tahun 2010.   Selain itu, ribuan orang asing dari Thailand, Filipina, China, Rumania, dan bekas blok komunis, tinggal di Israel, yang berhasil mengintegrasikan diri ke pasar kerja Israel.   Kebebasan beragama merupakan nilai inti bagi semua orang di Israel. Ada orang percaya dari berbagai agama yang hidup dalam keamanan dan kemakmuran di negara ini: Yahudi, Kristen, Muslim, Druze, Baha'is, Ahmadiyah, dan lain-lain. Jumlah orang Kristen di negara ini tumbuh setiap tahun dan gereja-gereja baru dibangun dengan dibantu oleh negara. Israel adalah satu-satunya tempat di Timur Tengah di mana orang Kristen adalah warga negara yang setara dan bukan minoritas yang teraniaya. Ada banyak perbedaan geografis di Israel. Di sebelah Selatan yang panas dan kering, sedangkan di Utara yang hijau dan mekar. Laut Mati - tempat terendah di bumi – sampai dengan Gunung Hermon yang sangat tinggi.

Dengan cara yang sama, ada juga banyak perbedaan pandangan dan opini dalam kepercayaan dan penyembahan terhadap berbagai agama dan migran, yang secara alami dapat menciptakan perpecahan dan ketegangan.
Oleh karena itu, bagi kita di Israel dialog antaragama merupakan hal yang sangat penting.
Untuk tujuan ini, kami mendirikan Forum Pemimpin Agama di Israel, yang memungkinkan kontak langsung antara para pemimpin agama, untuk setiap pertanyaan, masalah atau jenis konflik apa pun, ada garis terbuka di antara mereka, dan masalahnya telah dipecahkan.
Jika situasinya membutuhkan, para pemimpin agama akan bertemu untuk menemukan solusi damai.
 
Dalam pengalaman kami, keterbukaan dan penerimaan pihak lain merupakan dasar kesuksesan dalam mengintegrasikan populasi baru. Antusiasme masyarakat di Israel untuk mengintegrasikan para imigran ke dalam pekerjaan, komunitas dan lingkungan masyarakat, menjadi bagian dari kehidupan bermasyarakat di Israel.
 
Berkat imigran, kami menciptakan masyarakat yang lebih beragam dengan budaya yang kaya yang menjadi simbol koeksistensi ke seluruh dunia.
Itulah yang kita lakukan, itulah diri kita.
 
 Dalam sebuah catatan pribadi, saya ingin sekali lagi mengambil kesempatan ini untuk menyampaikan penghargaan kepada tuan rumah kami yang terhormat dari Sant'Egidio, yang merupakan sumber inspirasi tanpa henti dalam perjuangan mereka akan keadilan, keragaman dan perdamaian dunia.
 
Terima kasih banyak.