Konferensi: "Musim Semi Arab, untuk Pakta Nasional Baru", berlangsung tanggal 29 Februari 2012 di markas pusat Komunitas Sant'Egidio di Roma. Konferensi tersebut menawarkan pemahaman yang dalam mengenai apa yang sedang terjadi di negara yang terletak di bagian selatan Laut Mediterania, terima kasih atas kehadiran tokoh-tokoh terkenal dari dunia Arab yang menjadi aktor dalam sejarah ini.
............................. BERITA KONFERENSI ..............................
“MUSIM SEMIA ARAB MENCARI SEMANGAT UNTUK PERSAHABATAN”
IMPAGLIAZZO MENUTUP KONFERENSI SANT'EGIDIO.
Malam ini Marco Impagliazzo, Presiden Komunitas Sant'Egidio, menutup konferensi yang padat dan kaya mengenai Musim Semi Arab, yang mana dua puluh enam pembicara berperan serta dalam lima sesi penelitian dan analis. Impagliazzo mengatakan bahwa suasana saat ini tidak menjadikan kita penonton skeptis mengenai peristiwa-peristiwa penting Musim Semi Arab, namun demikian seharusnya menjadi sahabat yang menghormati dan bersemangat. Bagaimana? Ada tiga kata penting: perjumpaan, mendengarkan, persahabatan. Realisme persahabatan mengatasi dikotomi optimisme-pesimisme dan memberikan semangat yang lebih dalam bagi pemahaman peristiwa ini. Kita sebagai bangsa Eropa harus lebih terlibat. Kita harus memiliki antusiasme kritis yang sama seperti yang kita rasakan dalam peristiwa besar tahun 1989. Islam sedang mengalami perubahan, perubahan itu merupakan fakta sangat penting yang memunculkan dukungan dan keramahan.
Presiden Sant'Egidio menandaskan dua poin penting mengenai kebaruan radikal yang muncul dari debat tersebut: partisipasi dalam proses perubahan berakar dari warga negara, bukan pengikut agama ataupun kelompok etnis. Juga keseimbangan politik baru yang sedang dibentuk menujukan sebuah jalan yang tidak ditampilkan bagi rekosiliasi antara iman dan sekularisme. Hal ini bisa menjadi jalan untuk memperluas semangat persahabatan menuju sebuah gerakan yang membangun sejarah masa kita.
ANGIN MUSIM SEMIA ARAB SEDANG BERHEMBUS BAGAIMANA DENGAN EROPA?
Angin sejarah melewati dunia Arab. Konferensi yang diorganisasikan oleh Sant'Egidio, menampilkan dua puluh tujuh pembicara, dimaksudkan untuk menerjemahkan peristiwa-peristiwa dan memperdalam pemahaman kerumitan peristiwa tersebut. Tujuannya juga untuk "mendefinisikan sudut pandang Eropa dan Italia", seperti ditekankan oleh Massimo D'Alema. Mantan Perdana Menteri yang sekarang menjabat Ketua Komisi Keamanan Parlemen Italia berbicara di bagian akhir konferensi yang mendedikasikan peranan Eropa bersama Franco Frattini, mantan Menteri Luar Negeri.
D'Almena menambahkan bahwa Fase Islamfobia telah berlalu dan kita harus memperhitungkan kekuatan dorongan rakyat di atas politik Islam. Kita harus mengatasi visi menyesatkan dan membangun sebuah dialog dengan kekuatan baru dengan memperhitungkan bahwa demokrasi tidak hanya pemungutan suara, namun juga pengembangan hak-hak minoritas. Namun demikian gerakan baru bukanlah terhadap dunia Barat, lebih kepada mereka lahir dan tumbuh dewasa melalui nilai-nilai dan penyebaran perangkat komunikasi yang baik. Eropa tidak bisa menanggapi dengan rasa curiga, tidak juga menjadi penonton yang menunggu, apalagi bernostalgia mengenai masa lalu. Perubahan yang sedang terjadi memberi Eropa jaminan yang lebih tinggi dalam hal keamanan. Eropa harus membuka fase baru dalam pendirian politik terhadap wilayah Timur tengah, yang pada akhirnya membangun saling kemitraan, sebuah kemitraan peradaban, jauh melebihi hubungan komersial semata. Eropa harus mengembangkan kebijakan umum dalam hal imigrasi dan terhadap Afrika, mengingat lebih banyak orang dri pantai Selatan yang masuk dari pada keluar dari benua tersebut. Eropa harus memikirkan kembali kebijakan damai dan kemananan, bekerja sama dengan negara-negara Arab dalam hal agenda konflik yang sedang berjalan, pertama konflik antara Israel dan Palestina. Tahun 1989 merupakan musim semi bagi kami -kata D'Alema- ketika Eropa mempromosikan perluasan Uni Eropa. Saat ini kita harus melakukan sesuatu yang sama dengan tetangga-tetangga kita di wilayah Timur tengah.
Frattini membangun sebuah gagasan "CSCE baru". Seperti yang dipertimbangkan dalam Konferensi Helsinki untuk membuka tirai besi, satu badan bersama harus diciptakan untuk memberikan dukungan terhadap perspektif Timur Tengah baru. Mantan Menteri Luar Negeri juga menjelaskan proses demokrasi sebagai sebuah proses yang tidak bisa dibalik dan mengajak Eropa untuk melakukan kritik terhadap diri sendiri. "Sebuah kemitraan yang berlandaskan pada kenyamanan tidak akan berlangsung lama." Program hari ini: "Uang, mobilitas, pasar. Uang: pembangunan berkelanjutan antarmitra, berarti investasi bukan donasi. Mobilitas: memikirkan kembali Erasmus dalam kunci Eropa-Timur Tengah, karena kaum muda merupakan investasi di masa depan. Pasar: hentikan proteksionisme Merupakan kepentingan dan keamanan Eropa untuk membuka pasar dan membantu pertumbuhan ekonomi di daerah Timur Tengah. Di antara para pemimpin politik Italia, lebih banyak pihak yang setuju daripada yang tidak setuju.
HIDUP BERSAMA MERUPAKAN HAL ESENSIAL BAGI ISLAM MOHAMMAD SAMMAK
Muslim Suni yang merupakan anggota Komite Nasional bagi Dialog antara Islam dan Kristen di Libanon, Sammak diundang dalam Rapat Khusus untuk Timur Tengah di Sinode Uskup tahun 2012. Beliau juga merupakan salah satu yang mendukung fatwa mengutuk penyerangan terhadap tempat-tempat ibadah baik itu Kristen, Muslim atau iman dan keyakinan lainnya.
Dalam sumbangsihnya terhadap Konferensi yang diorganisasikan oleh Komunitas Sant'Egidio dengan topik "Musim Semi Arab" dia menjelaskan satu dari kesalahpahaman panjang: hubungan antara Islam dan agama harus ditinjau kembali. Dalam hal Islam sebagai keadilan bukan agama. Sammak menjelaskan bahwa Allah akan berpaling kepada negara-negara yang "adil" meskipun mereka bukanlah negara Muslim, dan dalam cara pandang inilah seharusnya menjadi landasan bagi hidup bersama umat Kristen dan Muslim. Ancangan sama diambil untuk Kitab Suci, manusia membuat penafsiran dan apapun yang dibuat manusia bersifat terbuka, bisa dipengaruhi oleh kesalahan, dan tak satupun kudus.
Sammak juga melihat bahwa satu konsekuensi Musim Semi Arab adalah hidup bersama sebagai aturan hukum, yang mana semua warga negara berkedudukan sama di depan hukum melalui dialog nasional, tempat "seni pencarian kebenaran berada dalam visi tersebut, dalam sudut pandang pihak lain." Sammak menegaskan nilai-nilai positif yang ada di "pihak lain" karena hal itu mengungkapkan perbedaan.
BERITA LAIN KONFERENSI ..............................
Debat mengenai tantangan dan cara pandang Musim Semi Arab. Suara Mesir di konferensi Menuju halaman |