Presiden Mozambik, Filipe Nyusi, mengunjungi Sant’Egidio pada Jumat 14 September

26 tahun kemudian setelah perjanjian perdamaian bersejarah dicapai melalui mediasi Komunitas

Jumat, 14 September 2018 kemarin, setelah pertemuan dengan Paus Fransiskus, Presiden Mozambik, Filipe Nyusi, mengunjungi Sant'Egidio, "rumah perdamaian" bagi seluruh warga Mozambik, seperti yang dikatakannya sendiri. Bersama dengan Andrea Riccardi dan Marco Impagliazzo, presiden Mozambik bertemu dengan mereka yang bertanggung jawab atas komitmen Sant'Egidio setelah penandatanganan perdamaian pada 4 Oktober 1992, melihat keterlibatan Komunitas dalam berbagai sisi, dari Sekolah Damai, perhatian kepada lansia, kepedulian kepada kaum wanita, komitmen di bidang kesehatan dengan program DREAM, dan juga dukungan bagi hak seorang anak untuk memperoleh akte lahir melalui Program Bravo.

Kunjungan ini, digarisbawahi Andrea Riccardi sebagai kunjungan yang "melanjutkan kembali akar perdamaian yang lahir di tempat ini". Perdamaian yang memunculkan proses pembangunan dan rekonsiliasi.

26 tahun telah berlalu sejak perjanjian damai bersejarah ditandatangani di Roma pada 4 Oktober 1992. Kesepakatan itu dicapai berkat mediasi Sant’Egidio. Sejak itu, Mozambik mengalami stabilitas jangka panjang dan perkembangan yang konstan. Saat ini, di Mozambik, ada banyak Komunitas Sant’Egidio yang aktif di pinggiran kota dan desa. Semua anggota Sant’Egidio terlibat dalam mendukung orang-orang yang paling rentan dari masyarakat, seperti anak-anak jalanan, para lansia yang kesulitan dan para tahanan. Selain itu, Sant’Egidio sangat dikenal oleh orang Mozambik karena program DREAM-nya yang luar biasa, yang ditujukan untuk pengobatan penderita AIDS. Program yang dimulai di Mozambik 10 tahun lalu ini, kini dijalankan secara aktif di lebih dari sepuluh negara di Afrika