Pastor Gnavi, Ekumenisme: Buah Nyata Meskipun Kadang Tak Terlihat

Pada hari pembukaan Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristiani, Pastor Marco Gnavi, Penanggung jawab untuk Dialog Ekumenisme dan Antaragama Keuskupan Roma, menjelaskan bahwa setiap orang beriman dipanggil untuk berkumpul dalam doa, tetap berakar dalam cinta Kristus yang cuma-cuma: “Ada orang yang, untuk mencari jawaban atas pertanyaan tentang persatuan, telah membayar dengan nyawa mereka. Dan itu tidak hanya terjadi pada umat Katolik"

Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristiani, yang dibuka hari ini (18 Januari) dan berakhir pada 25 Januari mendatang, bertema “Tinggallah dalam kasih-Ku dan kamu akan berbuah banyak”. “Pilihannya - jelas Pastor Marco Gnavi, konsultan dari dewan Kepausan untuk promosi persatuan umat Kristen dan penanggung jawab badan dialog antaragama dan ekumenisme Keuskupan Roma - jatuh pada Injil Yohanes (Yoh 15, 5-9) dan itu dilakukan oleh biara Grandchamp, di Swiss: sebuah pengalaman ekumenis wanita yang menyatukan lima puluh wanita dari berbagai penganut dan kontinen ”. Sebuah ekspresi nyata dan terlihat dari sebuah persekutuan, yang dirawat oleh doa dan keheningan, juga dibagikan kepada banyak pengunjung yang datang ke Grandchamp untuk mencari penyembuhan spiritual.

 

Apa sikap yang dianjurkan oleh tema tahun ini kepada setiap orang beriman?

Kita dipanggil untuk bergabung dalam doa, berakar dalam kasih Kristus, cinta yang cuma-cuma. Pada saat-saat tertentu dalam hidup, ketika jarak fisik dan akibat dari pandemi yang sangat berat, tetap berada dalam kasih Kristus memiliki arti, yaitu, setia dalam sebuah cinta yang memiliki pengharapan melampaui kematian, yang mengharapkan hal yang mustahil. Dan bersama Allah, dalam pencarian atas persatuan, segalanya menjadi mungkin terjadi. Orang Kristiani dipanggil untuk menyampaikan harapan.

 

Dalam semangat seperti apakah hal itu akan terjadi?

Dari perwakilan Ortodoks, Evangelis, Katolik dan Anglikan ada keinginan kuat untuk menawarkan refleksi dan panggilan mereka kepada kaum beriman dalam skala yang luas. Semangat akan ditandai oleh sukacita dan daya tahan evangelis untuk menghadapi tantangan yang dibawa oleh virus (pandemi) ke hadapan kita. Harus diperhatikan bahwa upaya memelihara kebersamaan umat beriman melibatkan semua penganut. Paus Fransiskus berkata bahwa dari situasi krisis yang ada kita hanya dapat memilih untuk tampil keluar dengan lebih baik, atau jika tidak kita akan menemui situasi yang lebih buruk dari hari kemarin.

 

Apa buah-buah dari komitmen ekumenis dalam beberapa tahun terakhir ini?

Beberapa buah tidak terlihat tetapi tidak kalah nyata, seperti keinginan yang semakin kuat untuk bersama menghadapi tantangan sejarah. Banyak  pengakuan, ada juga kenangan kebersamaan secara fisik. Hati nurani telah dimurnikan, karena pada setiap Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristiani memiliki tema yang menuntun kita secara ideal untuk mempertimbangkan banyak situasi yang selalu dibebani dengan tantangan dan kebutuhan baru. Selain itu, terdapat bantuan ekumenis dan aksi solidaritas yang ditujukan bagi migran dan kemiskinan. Dan kemudian pewartaan Injil juga lebih baik dan terdapat lebih sedikit kendala.

 

Bisakah pemberitaan Injil membantu usaha persatuan?

Ya, selama itu otentik dan benar, kita harus bersatu untuk meyakinkan dunia. Maka, janganlah kita melupakan tema kemartiran. Ada orang yang, mencari jawaban atas tuntutan persatuan dan membayarnya dengan nyawa mereka, dan itu tidak hanya terjadi pada umat Katolik.

 

Paradoksnya, dapatkah pandemi menjadi katalisator untuk persatuan, mengingat keadaan darurat mendorong kita untuk menyoroti hal-hal yang lebih mempersatukan dari pada yang menceraikan beraikan?

Tentunya juga karena semua gereja telah terluka oleh Covid 19. Segala sesuatu yang terancam oleh pandemi-dari ibadah hingga kelangsungan hidup-harus menemukan tanggapan yang sesuai dengan perkembangan zaman: dalam hal ini terdapat sebuah usaha pencarian bersama yang menjadi daya dorong.