DOA HARIAN

Memory of Jesus crucified
Firman tuhan setiap hari

Memory of Jesus crucified

Memorial of Saint John XXIII (†1963) and of the opening of the Second Vatican Council (1962-1965). Baca lebih lanjut

Libretto DEL GIORNO
Memory of Jesus crucified
Friday, October 11

Memorial of Saint John XXIII (†1963) and of the opening of the Second Vatican Council (1962-1965).


Reading of the Word of God

Alleluia, alleluia, alleluia

This is the Gospel of the poor,
liberation for the imprisoned,
sight for the blind,
freedom for the oppressed.

Alleluia, alleluia, alleluia

Joel 1,13-15; 2,1-2

Priests, put on sackcloth and lament! You ministers of the altar, wail! Come here, lie in sackcloth all night long, you ministers of my God! For the Temple of your God has been deprived of cereal offering and libation. Order a fast, proclaim a solemn assembly; you elders, summon everybody in the country to the Temple of Yahweh your God. Cry out to Yahweh: 'Alas for the day! For the Day of Yahweh is near, coming as destruction from Shaddai.' Blow the ram's-horn in Zion, sound the alarm on my holy mountain! Let everybody in the country tremble, for the Day of Yahweh is coming, yes, it is near. Day of darkness and gloom, Day of cloud and blackness. Like the dawn, across the mountains spreads a vast and mighty people, such as has never been before, such as will never be again to the remotest ages.

 

Alleluia, alleluia, alleluia

The Son of Man came to serve,
whoever wants to be great
should become servant of all.

Alleluia, alleluia, alleluia

The prophet Joel lives in a difficult time marked by war and natural disasters such as drought and famine. The passage we just heard is probably referring to a terrible invasion of locusts that had devastated everything. This devastation is seen as a foreshadowing of the terrible judgment at the end of time. The prophet renews his invitation to conversion, calling "all the inhabitants of the land" (v. 14) to an extraordinary penitential assembly. The prophetic word resounds strongly to keep the people of Israel from following the instinct to become resigned and turn in on themselves. Everyone is invited to gather in the house of the Lord and pray with insistent faith. Fasting accompanies prayer. One could say that in times of difficulty, prayer itself is a fast, that is, the recognition of one's sins and one's condition of misery and weakness. It is not our human strength that frees us. God alone can bring salvation. Faced with the evil of the world, believers possess an effective weapon: prayer, the cry of the poor to God to save them. We are aware of our weakness (that is the meaning of fasting), but we are also aware of the strength God has given us in prayer, a strength that changes and reconciles. Jesus repeated this to his disciples insistently: "But this kind does not come out except by prayer and fasting" (Mt 17:21). And later he says, "Again, truly I tell you, if two of you agree on earth about anything you ask, it will be done for you by my Father in heaven" (Mt 18:19). Prayer is the first work of the community.

Doa merupakan jantung kehidupan Komunitas Sant'Egidio dan merupakan prioritas yang paling penting. Di penghujung hari, setiap Komunitas Sant'Egidio, besar maupun kecil, akan berkumpul di sekeliling Tuhan untuk mendengarkan sabda-Nya. Sesungguhnya Sabda Allah dan doa merupakan landasan seluruh kehidupan Komunitas. Para rasul tidak bisa tidak selain tetap di sekitar kaki Yesus, seperti yang dilakukan oleh Maria dari Bethani, untuk menerima kasih dan belajar cara-Nya (Fil. 2:5).

Sehingga setiap malam, ketika Komunitas kembali ke kaki Tuhan, Komunitas mengulangi kata-kata dari rasul tak bernama: "Tuhan ajarkanlah kami cara berdoa" Yesus, Sang Guru, terus menjawab: "Ketika kamu berdoa, katakanlah: Abba, Bapa". Hal itu bukanlah satu seruan sederhana. Dengan kata-kata ini, Yesus membiarkan para murid untuk berperan serta dalam hubungan mereka sendiri dengan Bapa. Oleh sebab itu, fakta bahwa sebagai anak-anak Bapa yang bertahta di surga, muncul sebelum kata-kata yang mungkin kita ucapkan. Jadi doa di atas segalanya merupakan cara untuk menjadi manusia. Ini untuk mengatakan bahwa kita anak-anak yang berpaling kepada Bapa dengan iman, dan yakin bahwa hal itu akan didengar.

Yesus mengajar kita memanggil Allah dengan sebutan "Bapa Kami" Tidak hanya "Bapa" atau "Bapaku" Para murid, meskipun mereka berdoa dengan cara mereka, tidak pernah terisolasi tidak juga menjadi yatim; mereka selalu menjadi anggota keluarga Tuhan.

Dalam doa bersama, di samping misteri anak Allah, ada juga misteri persaudaraan, seperti Bapa Gereja mengatakan: "Kamu tidak bisa memiliki Allah sebagai Bapa tanpa memiliki gereja sebagai ibu". Ketika berdoa bersama, Roh Kudus menyatukan para rasul di ruangan atas bersama dengan Maria, Bunda Allah, sehingga mereka dapat memusatkan pandangan mereka kepada wajah Tuhan dan belajar dari Dia rahasia hati-Nya.

Komunitas Sant'Egidio di seluruh dunia berkumpul bersama di berbagai tempat doa dan menghamparkan di hadapan Tuhan harapan dan penderitaan manusia yang lelah dan letih seperti yang di katakan oleh Injil (Mat. 9:37). Dalam kumpulan di masa lalu ini kita bisa melihat jumlah massa yang sangat besar di kota-kota modern ini, jutaan pengungsi yang terus melarikan diri dari negeri mereka, orang miskin yang terpinggirkan ke tepi kehidupan dan mereka yang menantikan seseorang yang akan merawat mereka. Berdoa bersama termasuk di dalamnya tangisan, seruan, permohonan, keinginan bagi damai, penyembuhan dan penebusan manusia di dunia ini. Doa tidak pernah sia-sia, doa terus menerus kepada Tuhan sehingga mengubah kecemasan menjadi harapan, air mata menjadi kegembiraan, putus asa menjadi kebahagiaan, dan kesepian menjadi persatuan. Semoga Kerajaan Allah hadir segera di antara manusia.