Komunitas Sant’Egidio turut berduka atas dieksekusinya 8 orang terpidana mati pada tanggal 29 April 2015 pukul 00:25 dini hari. Komunitas juga masih menyimpan keprihatinan terhadap masih banyaknya terpidana yang telah menerima vonis hukuman mati.
Komitmen Komunitas Sant'Egidio untuk penghapusan hukuman mati dengan menggelar doa bersama untuk para terpidana mati dilakukan di beberapa kota di Indonesia pada hari-hari menjelang saat dilakukannya eksekusi. Walau dengan cara yang sederhana, namun inilah komitmen untuk menjunjung nilai kehidupan.
Di Jakarta, selain dilakukan doa, komunitas bersama dengan beberapa kelompok pemerhati kehidupan juga menggelar berbagai aksi penolakan terhadap hukuman mati dan meminta belas kasih Presiden Jokowi untuk para terpidana mati. Sementara itu, komunitas-komunitas di Indonesia mengadakan doa dan penyalaan lilin. Doa yang merupakan kekuatan di tengah situasi ketidakberdayaan. Upaya ini tidak sia-sia, karena menjelang detik-detik pelaksanaan hukuman mati terjadi mukjizat, yaitu ditundanya eksekusi terhadap salah seorang terpidana mati asal Filipina, Mary Jane Veloso. Kita sangat bersyukur atas hal ini, semoga penundaan ini akan menghasilkan bukti-bukti yang dapat membebaskan Mary Jane dari hukuman mati.
Saat ini kita berdoa untuk para terpidana yang telah dieksekusi, yaitu Myuran Sukumaran, Andrew Chan, Martin Anderson, Raheem A.Salami, Sylvester Obiekwe, Okwudili Oyatanze, Rodrigo Gularte dan Zainal Abidin. Semoga mereka menjadi “korban” terakhir dari pelaksanaan hukuman mati di Indonesia.
Berikut adalah aksi-aksi yang dilakukan komunitas-komunitas di Indonesia dalam memperjuangkan dan mempromosikan kota-kota bagi hidup, kota yang menentang hukuman mati, karena kita yakin bahwa tidak ada keadilan tanpa kehidupan.
|